STISIPOL Candradimuka Gaungkan Nilai Pancasila Lewat Teknologi dan Budaya Lokal

MusiNews.idSTISIPOL Candradimuka menegaskan kembali tentang pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda, di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan teknologi. Melalui program hibah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), kampus tersebut menjalankan pengembangan Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) yang berlangsung selama enam bulan, dan menghasilkan berbagai karya kreatif mahasiswa.

Pada kegiatan pemaparan hasil yang diselenggarakan hari Selasa, tanggal 25 November 2025, hadir tim hibah, dosen MKWK, mahasiswa, serta mitra dari Dinas Kebudayaan Kota Palembang. Beragam luaran mahasiswa, mulai dari video dokumenter, poster edukatif, hingga proposal projek budaya, ditampilkan dan dikurasi untuk peningkatan kualitas.

Ketua Tim MKWK, Dita Mayreista, M.H., menyampaikan bahwa tema Internalisasi Nilai Pancasila di Era Digital, dipilih sebagai respons terhadap tantangan zaman. Menurutnya, teknologi tidak hanya seharusnya menjadi alat penyebaran informasi cepat, tetapi juga media efektif untuk memperkenalkan nilai-nilai Pancasila, melalui kebudayaan lokal.

Berita Terkait :  Mahasiswa KKNT STISIPOL Candradimuka Gelar Seminar Pemberdayaan Sulaman Angkinan di Sungai Lais

“Teknologi bisa menjadi jembatan agar nilai Pancasila yang tercermin dalam budaya lokal lebih dikenal generasi muda. Kegiatan ini adalah bentuk kolaborasi antara STISIPOL Candradimuka dan Dinas Kebudayaan Kota Palembang.” ujarnya.

Beberapa budaya lokal yang dijadikan objek kajian mahasiswa antara lain tradisi ngidang, rumah limas, jumputan, dan kain songket.

Narasumber kegiatan, Maulidia Wahyuni, S.Pd., M.Si., selaku Kabid Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Palembang, menilai, pendekatan pembelajaran yang menggabungkan budaya, teknologi, dan Pancasila sebagai inovasi, penting di pendidikan tinggi.

Berita Terkait :  Magister Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka Gelar Kuliah Umum Media dan Branding Aktor Politik

Ia mencontohkan tradisi ngidang, tradisi makan bersama khas Palembang, yang memuat banyak nilai luhur, seperti kebersamaan, etika menghormati orang tua, keadilan dalam pembagian makanan, dan gotong royong.

“Kalau dalam satu hidangan daging sudah disesuaikan jumlahnya, lalu seseorang mengambil lebih banyak, itu menunjukkan ketidakadilan. Dalam ngidang juga, orang tua harus dipersilakan makan terlebih dahulu.” jelasnya.

Maulidia Wahyuni, S.Pd., M.Si., berharap model pembelajaran seperti ini dapat diperluas ke mata kuliah lain, tidak hanya Pancasila dan Bahasa Indonesia. (tri)

Pemutihan Pajak Sumatera Selatan tahun 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *