MusiNews.id, Jakarta – Generasi unggul tak lahir begitu saja, namun perlu dibentuk sejak dalam kandungan. Maka, jika Indonesia ingin mencetak Generasi Emas 2045, investasi pada nutrisi anak harus dimulai sejak dini. Inilah pesan utama yang mengemuka dalam forum Diseminasi Kaji Reka (Kajian Rekomendasi Kebijakan) Seri-II/2025 yang diselenggarakan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, di Jakarta, Senin (14/7/2025).
Menurut Wakil Menteri Kekendukbangga/BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, untuk menuju Generasi Emas 20245 bukan hanya bicara perubahan, namun saatnya kita ciptakan solusi. “Kini saatnya kita melangkah bersama, dari data ke kebijakan, dari ide ke aksi nyata,” tegasnya.
Isyana menyebut kegiatan ini merupakan forum strategis untuk menyatukan kekuatan ilmu pengetahuan, praktik di lapangan, dan arah kebijakan yang berpihak pada ketahanan keluarga. “Kegiatan ini sungguh merupakan momen istimewa. Di sinilah kolaborasi intelektual dan kepemimpinan strategis dari para SDM potensial BKKBN diwujudkan untuk merumuskan kebijakan yang berdampak nyata bagi keluarga Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, Isyana mengingatkan bahwa stunting bukan hanya persoalan gizi, tetapi merupakan cerminan dari tantangan multidimensi, kesehatan, sosial, hingga ekonomi yang saling berkaitan. “Maka, upaya penurunannya harus dilakukan secara lintas sektor dan berkesinambungan,” pesannya.
Data menunjukkan bahwa prevalensi stunting berhasil turun dari 21,5 persen pada 2023 menjadi 19,8 persen pada 2024. Namun, ia menegaskan bahwa pekerjaan besar masih menanti. Tantangan kita belum selesai. “Kita butuh langkah yang lebih terarah dan kolaborasi yang lebih kuat ke depan,” katanya.
Intervensi Sejak Dini dan Penguatan Keluarga Terencana
Isyana menekankan bahwa upaya pencegahan stunting dimulai sejak masa pra-kehamilan, terutama bagi remaja putri dan calon pengantin. Penanganan menyeluruh harus mencakup kehamilan sehat, pemberian ASI eksklusif, hingga pemenuhan gizi dan stimulasi anak secara tepat.
“Semua itu tidak dapat dicapai tanpa dukungan keluarga yang terencana. Karena itu, sinergi antara intervensi gizi spesifik dan penguatan program Keluarga Berencana menjadi kunci melahirkan generasi unggul,” ujarnya.
Forum ini juga mengangkat tiga isu krusial yang saling berkaitan dalam siklus kehidupan keluarga: yaitu Praktik pemberian ASI eksklusif, yang masih menghadapi berbagai tantangan di masyarakat, Tantangan percepatan penurunan stunting di Indonesia Timur, yang memerlukan pendekatan lokal dan responsif, dan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (alokon) bagi pasangan usia subur, sebagai fondasi layanan KB yang adil dan merata.
“Dengan semangat kolaborasi dan berbasis bukti ilmiah, mari kita jadikan hasil kajian ini sebagai pemacu kemajuan, bukan sekadar dokumentasi belaka,” ungkapnya.
Menuju Kebijakan yang Aplikatif dan Tepat Sasaran
Melalui diseminasi ini, Kemendukbangga berharap lahirnya rumusan dan rekomendasi kebijakan yang aplikatif, relevan, dan berbasis bukti. Karena keberhasilan program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting hanya dapat dicapai melalui strategi yang terukur, terintegrasi, dan dijalankan bersama. (infopublik.id)